Kamis, 07 September 2017

Literasi Kritis, Semakin Kritis

Indonesia menempati urutan no. 2 dari bawah setelah afrika dari 65 negara dalam hal literasi. Setelah santernya Tere Liye menarik SEMUA buku di semua toko buku, bagaimana kabar anak negeri sekarang? Namun, Mr. Tere Liye masih aktif didunia literasi. Hebat bapak! Walau saya tidak mengerti sama sekali soal dunia pajak. But I'll try to understand it.
Entah itu mba dee, atau pak tere anda adalah termasuk pejuang literasi, anda adalah pahlawan literasi. Dengan royalti dan pajak yang tinggi seperti ini bahkan tidak menyurutkan Tere Liye untuk menulis, walau tidak berbentuk buku.
.
Sebenarnya, menulis itu tergantung tujuan hidup. Setiap penulis punya alasannya masing2 menerbitkan buku sekian lama buah hasil dari pemikiran, perenungan bahkan riset yang tak terhitung jumlahnya.
Ada yang mengejar uang, ada yang mengejar nama dan popularitas, ada yang mengejar ilmu, ada juga yang mengejar apresiasi. Tidak bisa dipukul rata. Toh, ISBN bukan sbg syarat wajib menerbitkan buku, yang penting karya kita dinikmati, karya kita dibaca, karya kita dilirik.
Pramoedya Ananta Noer tidak pernah memikirkan soal ISBN waktu pertama kali menulis. Mau plagiat? itu terserah samean. Mau bangga atas karya sendiri atau orang lain. toh penulis masih bisa menulis selagi mereka punya tangan.
.
Saya anak indonesia, saya anak pancasila. Tapi mengapa yang berkuasa menyulitkan kami menjadi anak pancasila?