Coretan Saya Dan Hal Absurd Lainnya
A Girl as a Writer
Jumat, 14 Agustus 2020
Potret Miris Pendidikan Di Tengah Pandemi
Rabu, 06 Juni 2018
Saat Pelecehan Menjadi Kewajaran
Sampai saat ini, respon masyarakat terhadap pelecehan seksual yg diterima oleh beberapa perempuan kebanyakan memojokkan perempuan itu sendiri. Mereka sesama perempuan yang hilang empati. Saat harassment victim berani speak up, penggiringan opini pun dilakukan. Ada yg berkata,
"makanya tutup aurat."
"wajarlah orang bule lebay bgt dilecehin gitu doang."
"Becanda doang elaah namanya juga cowo"
Where is your brain dude?
Kami perempuan punya martabat dan harga diri. Semua pihak harus menghargai hal tsb. Jangan seenaknya melakukan pelecehan langsung maupun tidak langsung dengan alasan bercanda dan iseng. Hei, kami perempuan adalah manusia, bukan objek candaan seksual.
.
Rape culture, kondisi lingkungan di mana kekerasan seksual dianggap normal dan dianggap dapat dimaklumi. Rape culture diperkuat dengan penggunaan bahasa merendahkan, mengganggap perempuan dan tubuhnya sebagai objek belaka, dan justru meninggikan posisi pelaku kekerasan.
Mungkin kalian para laki-laki tidak merasakan bagaimana rasanya rentan dan tidak nyaman terus menerus. Laki-laki keluar tengah malam, naik angkot berdesakan adalah hal biasa. Namun perempuan sebaliknya, rasa tidak nyaman dan was-was terus bermunculan. Mereka takut untuk sekedar keluar malam menyapa bulan, uring-uringan memikirkan baju apa yg akan dia pakai agar tidak terjadi cat calling, bagaimana mereka selalu waspada di busway, angkot dan terminal.
Mereka selalu memikirkan, bagaimana jika ada preman lewat?
Bagaimana jika jalanan sana sepi?
Bagaimana aku pulang nanti?
Kebebasan perempuan sekali lagi masih terbatas.
.
Dan salah satu ciri rape culture yang paling dominan, selalu fokus pada "mengajari perempuan bagaimana seharusnya bersikap, berpakaian, berprilaku agar tidak menjadi korban pelecehan". Alih-alih justru mengabaikan yang lebih penting "AJARI LAKI-LAKI BIAR TIDAK MELECEHKAN"
Sayangnya, banyak perempuan yang saling menjatuhkan perempuan lain. Alasannya sederhana, perempuan bisa lebih jahat dengan sesamanya. Namun dapat luluh dengan kata-kata pria. Sehingga pria merasa bebas, merasa hebat jika berhasil menaklukan perempuan, namun perempuan yg menolaknya diberi stigma sok cuek, dingin, sombong, sok cakep oleh perempuan lain. Thats why, I ask you where is your brain?
.
Dengan doktrin dan pemahaman bahwa pelecehan seksual adalah hal yg wajar karena bagaimanapun boys will be boys, maklum cowok, makanya tutup aurat, pakaian dibenerin. Thats big wrong!
betapa banyak cewek yang mengalami hal sama tapi hanya diam dan takut karena stigma masyarakat. Di saat dunia bersatu melawan pelecehan seksual eh mereka malah nganggap pelecehan itu wajar. Oh negeriku...
Jika kamu peduli dengan korban, tolong dengrakan! dengarkan! dengarkan! Pahami pesan yang disampaikan, sikapi dengan sabar, empati, dan tulus. Berpihaklah pada korban pelecehan seksual. Ciptakan rasa aman dan nyaman agar ia tak merasa sendiri hingga rendah diri. Dukung korban untuk speak up, melaporkan dan mendapatkan layanan pendampingan. Karena sejatinya, harassment victim bisa berakhir pada depressed jika tidak didukung dengan baik.
Selasa, 08 Mei 2018
Jadi Perempuan Seperti Apakah Anda?
(Aku harap kalian ga males baca)
Aku miris sekali, melihat fenomena pelakor yang hanya mempersekusi wanita sebagai korban, sedangkan pria yang sama-sama melakukan kesalahan terbebas dari hukuman sosial. Apakah perempuan adalah objek pelampiasan kesalahan?
Ini hanya curhatan sebagai perempuan tentang standart2 tertentu yang dibebankan kepada kaum wanita malah ada yg mengarah pada misoginis.
misalnya, "Hei kamu cewek pake celana gombreng mulu ntar cowok pada menjauh."
so? apa aku harus pakai koteka gitu?
"Dada datar gitu unfaedah banget. cowo mana mau"
sama dada sapi aja yelaw.
"Kamu cantik deh. pantes jadi wakil ketua kelas"
cewe cantique kek gue emang gabisa jadi ketua kelas ya?
“Aku enggak bisa menahan diriku karena kamu cantik banget.”
Jangan lemparkan kesalahanmu padaku karena kamu enggak bisa mengontrol dirimu sendiri.
"ngapain sekolah tinggi2 ntar cowo pada ga mau, jadi perawan tua."
Gw sukses bukan buat cowo. Gw sukses buat diriku sendiri.
.
Dan masih banyak lagi mereka mendoktrin cewe harus ini itu sesuai dengan standart mereka.
.
So? cewek bukan barang yg bisa diatur warna, bahan, dan bentuk seenaknya. Parahnya, sebagian besar yang mengatakan itu adalah perempuan sendiri yg menjatuhkan perempuan lain. why? Kita generasi kartini, tp jiwa kartini seakan enggan hinggap di hati para perempuan indonesia. Mereka sibuk ghibah, saat kita berusaha untuk memperjuangkan hidup.
what about man?
Aku, kamu, kalian, Kita sama2 manusia yang punya 1 pencipta, bukan ayah ibumu, namun Tuhan sang pencipta. Look at them, they are us! What differences do you see? Jadilah dirimu sendiri, ikuti kata hatimu. Jangan hanya perkataan seseorang membuatmu berubah pola pikir ke arah negatif hingga mengubah penampilan demi mereka.
.
Jadi perempuan harus kritis, ada saatnya kamu harus realistis, ada saatnya kamu harus idealistis. jangan layu hanya karena gombalan pria.
Teringat ucapan Dilan, "Jangan rindu, berat, biar aku saja." hidupku juga berat kok, kenapa ga hidup aku aja yang kamu tanggung?
Digombolin mulu sih, disuruh nunggu mulu, tapi endingnya cuma dijadikan masa lalu, gak diajak ketemu pak penghulu. Makan tuh gombal gundul.
Selasa, 06 Maret 2018
Pelakor? Standar Ganda Atau Propaganda?
PELAKOR.
Entahlah saya merasa sebutan ini punya standar ganda. Istilah “dari perempuan untuk perempuan tersebut” diciptakan untuk menyudutkan perempuan. Seolah-olah pihak pria gak punya peran apa-apa.
Apakah ini Propaganda pelakor?
Dimana saat satu orang menciptakan suatu propaganda tentang ini, masyarakat luas pun termakan oleh stigma-stigma negatif yang melekat pada perempuan, apalagi dengan adanya sebutan pelakor ini.
Baru2 ini heboh video tentang pelakor yang dilempari uang karena si istri merasa teman baiknya merebut suami sahnya demi ekonomi. Perempuan pelaku perselingkuhan diumpat, dikatakan tak bermoral, dikatakan hina dan zina, sedangkan si istri sah dikatakan tak bisa menjaga suami dan tak mahir berdandan.
Puas? Tentu saja belum. Agar semakin drama, disebarlah screenshot chat antara keduanya. Sangat jarang dijumpai komentar yang menyudutkan laki-laki yang berselingkuh. Wah enak ya jadi laki-laki jika kasus perselingkuhan muncul. Jika dulu kasus perselingkuhan dianggap aib keluarga yang harus disembunyikan rapat2, lain halnya sekarang yang dengan gampangnya membeberkan di media sosial. Yang penting amarah tersalurkan, malu urusan belakangan. Alasan memberi efek jera dan sanksi sosial juga percuma jika hanya wanita yang menanggung semuanya. Sedangkan si pria, tanpa suara sekuat tenaga ditutup serapat mungkin.
Bagaimana peran media? Bukannya ikut tren, media malah menempatkan perempuan sebagai pihak yang bersalah sehingga layak dipersekusi dengan sebutan pelakor. Sebutan pelakor sudah lebih cukup menunjukkan kasus misoginis diantara kaum wanita. Saya menulis ini bukan berarti mendukung perselingkuhan, jika selingkuh itu salah, maka keduanya sama bersalah. Kenapa hanya mempermalukan pihak wanita? Bukankah perselingkuhan ada karena kedua belah pihak yang berperan aktif membangun hubungan yang mengatasnamakan cinta? So?
Oke, saya tau. Wanita adalah makhluk Tuhan yang paling sensitif, mengutamakan hati diatas segalanya. Dengan kesensitifan wanita, si istri terbawa emosi sampai menganiaya secara mental si pelakor. Namun, tanpa sadar tindakan itu bukan simpati, malah menghasilkan antipati. Saya juga wanita, memang saya belum pernah menikah dan saya bisa berbicara seperti ini, why? Nggak semua orang menikah sebagai tujuan hidup.
Rasa-rasanya perjuangan mendiang RA Kartini terasa sia-sia saat wanita indonesia yang beliau dulu perjuangkan malah saling serang, bukannya menguatkan satu sama lain. Ya, mereka ada disekitar kita.
Kamis, 07 September 2017
Literasi Kritis, Semakin Kritis
Indonesia menempati urutan no. 2 dari bawah setelah afrika dari 65 negara dalam hal literasi. Setelah santernya Tere Liye menarik SEMUA buku di semua toko buku, bagaimana kabar anak negeri sekarang? Namun, Mr. Tere Liye masih aktif didunia literasi. Hebat bapak! Walau saya tidak mengerti sama sekali soal dunia pajak. But I'll try to understand it.
Entah itu mba dee, atau pak tere anda adalah termasuk pejuang literasi, anda adalah pahlawan literasi. Dengan royalti dan pajak yang tinggi seperti ini bahkan tidak menyurutkan Tere Liye untuk menulis, walau tidak berbentuk buku.
.
Sebenarnya, menulis itu tergantung tujuan hidup. Setiap penulis punya alasannya masing2 menerbitkan buku sekian lama buah hasil dari pemikiran, perenungan bahkan riset yang tak terhitung jumlahnya.
Ada yang mengejar uang, ada yang mengejar nama dan popularitas, ada yang mengejar ilmu, ada juga yang mengejar apresiasi. Tidak bisa dipukul rata. Toh, ISBN bukan sbg syarat wajib menerbitkan buku, yang penting karya kita dinikmati, karya kita dibaca, karya kita dilirik.
Pramoedya Ananta Noer tidak pernah memikirkan soal ISBN waktu pertama kali menulis. Mau plagiat? itu terserah samean. Mau bangga atas karya sendiri atau orang lain. toh penulis masih bisa menulis selagi mereka punya tangan.
.
Saya anak indonesia, saya anak pancasila. Tapi mengapa yang berkuasa menyulitkan kami menjadi anak pancasila?
Selasa, 07 Maret 2017
Sharing about me
Mumpung mau kelulusan nih, gue pengen sedikit berbagi tentang diri gue dan lika-liku gue yang berhasil masuk SMK Negeri 3 Kediri jurusan tata boga. Tanpa pemalsuan sedikitpun, karena gue pengen berbagi dengan kalian secara jujur, netral, dan tidak terlalu menggebu-gebu.
Kalo ada kesamaan nama, tempat, atau pengalaman yakinlah bahwa dunia ini sempit bung! sama bukan berarti jodoh, jodoh tak selalu sama. Intinya, gue gak pengen ada komentar yang terlalu drama queen tentang 'nyama-nyamain' pengalaman gue. Sip lu, dasar writer banyak bacot!
3 tahun yang lalu, tepatnya sewaktu perpisahan SMP, gue adalah manusia paling sendu, tersakiti dan santai berkepala es batu secara bersamaan. Bisa gue bilang perpisahan SMP adalah perpisahan yang paling GAGAL, paling TAK BERKESAN, BIASA SAJA (bagi gue pribadi. entahlah yg lain.) Enggak ada tuh gue yg nangisin mereka. Sedih? enggak. Sama sekali.
Sayangnya, alasannya tidak bisa gue beritahu disini. Biarlah waktu yang menjawab. Semenjak itu, saya berubah. Apalagi ditambah tragedi 'top problem in my life' bener-bener bikin gue depresi, marah, sedih yg gue tahan sampe sekarang. Tau kan maksudnya? gue bisa becanda, ketawa-ketiwi nampang senyum. Tapi, jika anda melihat gue minim ekspresi, minim obrolan, dingin, cuek, angkuh, selamat! anda dapat mengetahui sifat asli gue. Inilah wajah asli gue tanpa topeng. Biasanya orang yg gak terlalu deket sama gue sih yang ngalamin ini.
"Kakak... tulisan kakak melenceng dari judul."
"Oh. Sekedar tulisan pengakuan terlarang."
Gue datang hingga pulang perpisahan tanpa menyapa teman sekelas sedikitpun. Karena ketika saya datang, saya duduk paling pinggir berbaur sembari mencari teman sekelas berharap mereka merekomendasikan tempat duduk yang dekat dengan mereka yang juga tak pernah menyapa saya. Entah hawa kehadiran saya yang tipis macem Kuroko Tetsuya-coret- atau memang mereka semua kehabisan bangku-coret- Akhirnya selama acara, gue berbaur sama Uknown Freak Genk. Gak kenal siapa mereka, gak pernah cuap-cuap, apalagi tatapan muka. Entah gue gak terlalu peduli.
^^^^^
Saat mama nanya, "kamu mau sekolah di sma mana?" dengan angkuhnya gue menjawab "gak perlu sma. disana ada matematika, fisika, kimia, sosiologi, sejarah."
Gue gak suka pelajaran logika. Gak minat, benci. Cuma dua ilmu yang bisa bikin gue tertarik, Ilmu Astronomi dan Ilmu sastra. Gue bahkan belajar otodidak dari Internet tentang sastra. And im feel very excited about astronomi. Dan gue juga meyakini adanya hal yg dianggap tabu dan takhayul namun masih berhubungan dengan science. About Time Machine, paradoks waktu dan Time Travel.
Dan gue langsung mikir kalo gue kayaknya harus milih SMK. Dulu kepengen banget jurusan TI Multimedia. Kan emang suka gambar sama desain, suka otak atik photoshop, corel draw malah udah daftar dan bayar biaya pendaftaran di salah satu smk TI swasta di Kediri.
Sebagai pilihan kedua, gue ISENG mendaftarkan diri ke SMKN 3 Kediri. Karena gue pikir pilihan kedua ini keren. Sekolah bisnis, sekolah pariwisata, sekolah ketrampilan kejuruan jadi satu. Jurusan yg gue incar adalah tata busana. Karena lagi-lagi saya suka gambar dan desain -interior rumah-coret- saya juga orangnya gak mau repot capek-capek berdiri cuma buat satu hal.
Pilihan kedua, yaitu tata boga. Kenapa saya pilih tata boga, ya karena entahlah. Saya pun sampai sekarang masih belum tahu apa tujuan saya masuk ke dunia boga. Cita-cita saya bukanlah chef atau apapun itu. Pengen tahu cita-cita saya bermutasi berapa kali?
Taman Kanak Kanak:
"Mba Arum... kalo udah gede mau jadi apa, hayo?"
"Jadi dokter bu!"
(Jawaban klise dari bocah polos imut nan lugu)
Sekolah Dasar:
-Guru Bahasa Indonesia
(Cita-cita mulia seorang bocah ingusan yg ditulis dikertas formulir apalah lupa)
-Dokter
(Anjirr cita-cita ini belum move on)
-Guru Agama
(Qaqa solekhah koqh CMIIW)
-Penulis
(Mulai hobi nulis sejak kelas 3 SD. Seringnya sih membuat puisi. Pernah sewaktu kelas 5 SD, satu kelas diberi tugas membuat satu buah puisi lalu dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisa oleh wali kelas. Tiba-tiba nama saya dipanggil dan si wali kelas 5. Entah dia kelihatannya serius sekali dengan pandangan 'lu gak nyontek kan rum! gak nyontek kan?' -_-
SMP
-Designer
(Lagi-lagi hobi saya menggambar dan mendesain)
-Penulis
(Jiwa lama masih berkobar!)
SMA
-Penulis
(Nah kan...)
-Jurnalis
(Masih berhubungan dengan menulis)
Dari kesimpulan di atas, gue tak pernah kepikiran sama sekali cita-cita menjadi chef.
Tapi yah ada pengumuman diterima di smk negeri, hati ortu siapa yg gak senang?
Selain biaya yg lebih terjangkau, gak ada tarikan biaya tambahan. Daripada di SMK TI yang berharga selangit, smk negeri lebih terjangkau
Haruslah gue pendam dulu impian saya masuk sekolah TI. Melayanglah uang pendaftaran (waktu itu bayar 200k buat bayar formulir pendaftaran)
Namun, nyasar di tata boga sampe lulus gini juga harus disyukuri banyak ilmu nyasar juga yg bermanfaat walau gak sesuai passion, minat dan bakat. Hehehe masih semangat kok gue mengejar pasion gue. doakan aja ya!
NB: hai alumni #SMKN3KDR tahun 2015/2016 ^^
Just Typing Today
Long Quotes:
"Sometimes I hate myself, I hate my ego, I hate my freedom, I hate someone who became target for my ego. It's my nature, I'm not irritable, but once I get angry, I get dissapointed, my ego was going out so much. I hate this fact."
Seringkali aku benci dengan diriku sendiri, aku benci egoku, aku benci kebebasanku, dan terlebih aku benci dengan seseorang yang menjadi sasaran egoku. Aku gak mau ini terjadi sebenarnya, aku bukan orang yang sensitif dan gampang marah. Namun, ada saatnya jika aku terlanjur kecewa, lalu marah, egoku bisa meluap berkali lipat. Orang yang mungkin aku sayangi akan merasa sakit karena egoku yang tak bisa kukendalikan. Aku benci fakta ini, namun apa yang aku bisa?
Faktanya aku kalah dengan egoku sendiri, aku dikuasai oleh adidaya egoisme yang menjajah hidupku, aku menyerah dengan keramaian dan memilih kesepian. Hanya sebatas aman didalam sini. Takut seolah-olah batas amanku ini aku rusak.
Aku benci kebebasanku. Seperti mereka yang terlalu tak peduli padaku, aku bebas. Mau bergaya punk jalanan, jam berapapun aku menjemput rumah, aku dipersilahkan. Seolah aku ini antara ada dan tiada. Aku bebas, aku kasar, aku gak sabaran, aku ga punya rem yang bisa kukendalikan. I'm such a liar.
Aku punya motto hidup:
Kalian kupersilahkan men-judge apapun tentang aku. Apapun. Aku menerima. Tapi alangkah lebih baik kalian men-judge di depanku. Jika aku salah, marahilah aku didepanku. Dengan kamu marah aku dapat mengerti. Diam adalah emas, namun akhir dari ke-diam-an adalah muak. Jika aku dapat mengerti dari sudut pandang mana kalian melihatku, dan akupun dapat memperbaiki apa yang negatif padaku dari cara berpikir kalian. Tentunya aku telah berhasil menjaga mottoku ini. Aku sendiri pernah berkata, sulitnya menjaga motto diri sendiri, ada underground yang bekerja menghancurkan. Dan tentunya aku gak mau ini terjadi.
just open with me.
an absurd typing... but dont ignore me.
by:arumpurwanti